Jumat, 14 Maret 2014

AKUNTANSI INTERNASIONAL



NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI 
NPM : 26210162 
KELAS : 4EB17  


BAB 6
6. 1 ALASAN – ALASAN UNTUK MELAKUKAN TRANSLASI
Perusahaaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri.  Kebanyakan masalah berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relatif mata uang asing jarang sekali diterapkan.
            Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan di luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi risiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah.
            Akhirnya, skala investasi internasional yang meluas meningkatkan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di negara lain. 

6.2 PEMAHAMAN TRANSLASI
Perkembangan Akuntansi Translasi 

            Sebelum 1965
            Sebelum tahun 1965, praktik translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu oleh Accounting Research Bulletin No.4 (ARB No.4), yang kemudian diterbitkan kembali sebagai Bab 12 dalam ARB No.43. Pernyataan ini mendorong penggunaan metode kini-nonkini. 

            1965 - 1975
            Bab 12 ARB No.43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-nonkini. Dalam keadaan tertentu, persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs historis. 

            1975 – 1981
            Untuk mengakhiri keanekaragaman perlakuan yang diperbolehkan menurut standar translasi sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontoversial pada tahun 1975. Pernyataan ini secara signifikan mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. 

1981 – Hingga Kini
Pada bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik terhadap 12 pernyataan pertama yang dikeluarkannya. Kebanyakan dari 200 surat yang diterima menyinggung FAS No.8, yang mendorong agar FAS No.8 tersebut diubah.  

Definisi Translasi Mata Uang Asing
Translasi mata uang asing adalah proses untuk menyatakan jumlah – jumlah yang berdominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang asing yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang dinyatakan dalam mata uang asing menjadi dalam mata uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu metode yang menggunakan  kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik dan  metode yang menggunakan berbagai macam kurs.

  1. Metode Kurs Tunggal
          Metode kurs  tunggal , yang sudah lama popular di Eropa, menerapkan satu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui.
Namun demikian, untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan perusahaaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi risiko mata uang asing jika nilai ekuivalen dalam mata uang induk perusahaan mengalami perubahan yang disebabkan oleh kurs nilai tukar yang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
Akhirnya, dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan atau kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar.

  1. Metode Kurs Berganda 
Metode kurs berganda menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.

A. Metode Kini-Nonkini
            Berdasarkan metode kini-nonkini, aktiva lancar dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs  kini.
            Namun demikian , metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar.
            Banyak pihak beranggapan bahwa hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Lagi pula, definisi lancar-tidak lancar hanyalah merupakan metode klasifikasi, dan bukan pembenaran konseptual atas penggunaan kurs nilai tukar dalam proses translasi. 

B. Metode Moneter- Non moneter
Metode moneter- nonmoneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter  ditranslasikan berdasarkan kurs kini.  Meode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi risiko mata uang asing.
Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa, metode moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. 

C. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Secara khusus, aktiva yang dinilai dalam laporan mata uang asing sebesar biaya historis ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
Apabila pos-pos nonmoneter di luar negeri dinilai dengan menggunakan biaya historis, prosedur translasi yang digunakan dalam metode temporal secara kasat mata sama dengan prosedur dalam metode moneter-nonmoneter. Karena kemiripannya dengan metode moneter-nonmoneter, metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang sama.
Keempat metode yang baru saja dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai negara. 

Keuntungan dan Kerugian Translasi
            Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan. 

  1. Penangguhan
          Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak terpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing.
Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi .
  
  1. Penangguhan dan Amortisasi
          Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait. Pendekatan ini dapat dikritik menurut dasar  tori dan praktik.
Sebagai contoh, teori keuangan menyatakan bahwa keputusan anggaran modal atas investasi aktiva tetap merupakan hal terpisah dari keputusan mengenai bagaimana mendanainya.  Biaya peminjaman domestic tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku bunga pasar atau nilai wajar utang. 

  1. Penangguhan Parsial
          Pilihan ketiga dalam akuntansi untuk keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan.  Pendekatan ini juga tidak memiliki criteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasikan.
Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan dan kerugian translasi bukanlah pos-pos dalam satu periode saja, dan sebaliknya akan “terhapuskan “ dalam jangka panjang. Jika demikian, maka penangguhan akan menjadi suatu praktik yang dipertanyakan. 

  1. Tidak Ditangguhkan
          Pilihan terakhir adalah untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Namun demikian, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. 
 
Isi Standar No. 52
Standar No.52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk perusahaan dan anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah. Oleh karenanya , aturan translasinya dirancang untuk :
1.      Mencerminkan, di dalam laporan keuangan konsolidasi, hasil dan hubungan keuangan yang diukur dalam mata uang primer (utama) yang digunakan oleh setiap entitas konsolidasi melakukan kegiatan usahanya (mata uang fungsionalnya – functional currency).
2.      Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan ekspetasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu perusahaan.
 
Translasi Apabila Mata Uang Lokal Merupakan Mata uang fungsional
Jika mata uang fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan entitas asing, laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan metode kurs kini. 

Translasi Apabila Dolar AS Merupakan Mata Uang Fungsional
Apabila dolar AS merupakan mata uang fungsional suatu entitas asing, maka laporan keuangan dalam mata uang asing diukur ulang ke dalam dolar dengan menggunakan metode temporal.

Translasi Apabila Mata Uang Asing Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu entitas asing dapat menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan akuntansinya, apabila mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing alinnya. Pengecualian atas metode kurs kini adalah untuk anak perusahaanyang berlokasi di tempat-tempat yang memiliki tingkat inflasi kumulatif selama 3 tahun berturut-turut sebelumnya yang melebihi 100 persen.
Jika suatu entitas memiliki lebih dari satu operasi yang terpisah dan dapat dipisahkan (seperti cabang atau divisi), setiap operasi dapat dianggap sebagai entitas terpisah dengan mata uang fungsionalnya sendiri. 

Translasi Mata Uang Asing dan Inflasi
Suatu hubungan terbalik antara inflasi8 suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukkan secara empiris. Alhasil, penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva nonmoneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestic yang jauh lebih rendah daripada dasar pengukuran awalnya.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena yakin bahwa penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi, FAS No. 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi (yaitu Negara-negara dengan tingkat inflasi kumulatif melebihi 100 persen selama periode tiga tahun). 

Translasi Mata Uang Asing di Negara Lain
Institut Akuntan Bersertifikat di Kanada (the Canadian Institute of Chartered Accountants- CICA), Badan Standar Akuntansi di Inggris dan Badan Standar akuntansi Internasional seluruhnya berpartisipasi dalam penyusunan FAS No.52 tersebut.
Perbedaan utama antara standar di Kanada (CICA 1650)dan FAS No.52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Perbedaan utama antara standar di Inggris dan AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami hiperinflasi. Di Inggris, laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini; di Amerika serikat, metode temporal yang digunakan
Australia dan Selandia Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila dibandingkan dengan FAS No. 5, standar Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancer nonmoneter untuk anak perusahaan di negara-negara berinflasi tinggi sebelum dilakukan translasi. Standar Selandia Baru juga mengharuskan metode translasi moneter-nonmoneter untuk anak perusahaan yang operasinya terintegrasi dengan induk perusahaannya.

6.3 LATAR BELAKANG DAN TERMINOLOGI
Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi.
Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang.
Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.

Sumber : 
Choi, Frederick D.S and Gary K. Meek. International Accounting. Terjemahan. 2005.
Akuntansi Internasional . Edisi 5. Salemba Empat.